Surat perpisahan untuk HTI

Assalamualaikum HTI, apa kabar?

Selamat jalan ya, sedih rasanya mendengar hari ini resmi dikau dibubarkan. Walau dirimu disini masih "baik-baik saja" dalam artian belum pernah angkat senjata dan hanya sibuk kaderisasi di kampus-kampus PTN seraya menyajikan aksi polusi suara di jalan-jalan, tapi rasanya cukup sedih mendengar nasibmu hari ini.

HTI, apa kabarnya Felix Siauw? Semoga sehat wal 'afiat dan tidak mengalami kerontokan rambut setelah mendengar pembubaran kelompoknya. Oh ya, itu bukan karena saya lho, tapi itu dari pemerintah, malahan saya kemarin sempat mengkritisi pembubaran ini jika hanya sekadar melarang merk dagang bernama Hizbut Tahrir. 

HTI, saya masih ingat entah 3 atau 4 tahun lalu dulu kita sempat berkelahi soal konflik Suriah, mata saya sering sakit dan dikucek-kucek begitu mampir di website kalian yang sering berkata Rezim Assad disokong Amerika bahkan ada di satu berita kalian menulis Erdogan meminta para "mujahidin" untuk menerima Assad. Sampai-sampai pada saat itu saya berkesimpulan bahwa kalian ini adalah para alien dari planet Namec yang kadar keilmuannya melebihi ilmu manusia bumi. Dulu di page Berita Harian Suriah saya juga sempat memposting dua tulisan berjudul "HTI: Gagal Paham Suriah" karya bu Doktor Dina Sulaeman untuk menetralisir masyarakat dari kebodohan kalian.

HTI, walaupun kalian disini baru sebagai zombie belum berevolusi menjadi Nemesis seperti di Suriah, ya pemerintah kami jaga-jaga saja. Bagaimana tidak? Bukankah pada November 2012 tokoh kalian Arief B Iskandar menyatakan bahwa selama bughot "jihad" di Suriah, tidak kurang dari 3000 syabab HT telah tewas. Itu 2012 lho, entah sudah berapa ribu kader kalian yang modar di tahun 2017 ini.

HTI, bukankah pada 2013, Juru Bicara kalian Ismail Yusanto mengakui Hizbut Tahrir pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok "mujahidin" yang ada di Suriah, termasuk dengan Jabhat Nushrah. WTF! Al Nusra yang dulu nangkring di Golan dan sering mendapat perawatan medis dari militer Israel itu (diakui sendiri oleh media-media Israel).

Ya, akhirnya kami menyadari bahwa kalian tak selamanya hanya menjadi bayi imut yang sering berak sembarangan, tapi kelak juga bisa menjadi anak nakal bahkan teroris terkenal macam tokoh ISIS asal Indonesia di Suriah Bahrun Naim yang ternyata adalah alumni kalian, walaupun belakangan (katanya) dipecat karena beda agenda.

Akhirul kalam, saya hanya ingin menyampaikan selamat jalan untuk kalian. Semoga diterima disisinya. RIP (Rest in Pieces) ya.

Dan untuk koh Felix, tetap semangat! Jangan patah arang walau sekarang udah ga jadi sales Khilafah lagi. Kamu lebih pantas jadi konsultan rumah tangga, ustadz cinta, atau pengarang novel galau yang ga kalah dari Jonru dan Tere Liye.

Wassalamualaikum... Adios Muchachos!

Ttd,
Zain

0 Response to "Surat perpisahan untuk HTI"

Posting Komentar