Warisan orang tua

Ada seorang tua memiliki tiga orang anak dan mewariskan tiga buah rumah. Setiap anak mendapat satu rumah sederhana sebagai warisan. Masing-masing rumah cukup untuk berteduh, menjadi tempat istirahat dan menyimpan barang-barang penting dan berharga. Tetapi isi dan perabotannya tidak begitu lengkap.

Setelah orang tua meninggal dunia, anak pertama membiarkan rumah sederhana warisan ayahnya itu tanpa melakukan inovasi dan pengembangan. Mungkin alasannya rumah peninggalan orang tua itu sudah final, tidak boleh diubah. Mengubah rumah tersebut berarti kurang menghargai terhadap orang tua. Sehingga rumah tersebut dibiarkan saja tidak memiliki gorden dan aneka perhiasan lainnya. Ini namanya anak yang tekstualis.

Anak kedua, setelah ayahnya meninggal dunia, ia mulai memperbaiki rumah sederhana peninggalan orang tuanya, dengan melengkapi berbagai hiasan dan perabotan rumah. Pagar rumah semakin kokoh. Di bagian dalamnya ia berikan gorden yang indah. Membuat tempat khusus untuk ibadah, perlengkapan alat shalat, Mushhaf al-Qur’an dan buku-buku Islami. Sebagian dindingnya ia hiasi dengan kaligrafi al-Qur’an. Tidak lupa, ada tempat khusus bagi tamu wanita, sehingga tidak bercampur dengan laki-laki. Walhasil, orang yang memasuki rumah itu akan terasa nyaman dan bernuansa agamis. Ini namanya anak yang dinamis.

Anak ketiga, setelah ayahnya meninggal dunia, juga melakukan perubahan rumah sederhana tersebut. Tetapi perubahannya bukan untuk memperkuat keamanan dan kenyamanan isi rumah. Ia membuat pintunya mudah dimasuki oleh pencuri. Dinding-dinding di dalamnya banyak gambar wanita yang tidak sopan. Alat-alat musik dan aneka kaset nyanyian yang tidak ketinggalan ia lengkapi. Di dalamnya juga ada tempat berkumpul laki-laki dan perempuan. Kira-kira anak ketiga ini kita namakan apa ya?

0 Response to "Warisan orang tua"

Posting Komentar